Kamis, 05 November 2009
Panas Bumi Jadi Energi Andalan Masa Depan
Menurutnya, selain memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia, panas bumi juga memiliki keunggulan yaitu energi yang ramah lingkungan, terbarukan dan biaya investasi lebih murah untuk mengembangkannya.
"Cadangan panasbumi Indonesia sebesar 14.707 Mega Watt electricity (MWe). Sementara sumber dayanya sebesar 13.405 MWe. Artinya, Indonesia memiliki panas bumi 28.112 MWe", papar R. Sukhyar.
Sukhyar menjelaskan, saat ini pemanfaatan panas bumi di Indonesia untuk energi listrik baru 1.189 MW atau hanya 4 persen dari potensi yang tersedia.
"Meski kebijakan bauran energi sudah lama dicanangkan, dimana lima persen, atau sebesar 9.500 MW, dari energi nasional akan dipenuhi dari panas bumi pada 2025, namun pemanfaatan listrik dari panas bumi belum optimal hingga saat ini," papar dia.
Menurut penjelasan Sukhyar potensi panas bumi Indonesia terdapat di 265 lokasi yang tersebar hampir merata di setiap pulau di nusantara.
"Dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang Panas Bumi Nomor 27 Tahun 2003, semestinya pengembangan panas bumi kita semakin semarak lagi," imbuh dia.
Undang-Undang tersebut, jelas dia, memberikan kewenangan, peran aktif dan peluang yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola sumber daya panas bumi.
Sementara itu Abadi Poernomo, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energi menjelaskan, energi listrik dari panas bumi mampu menghemat penggunaan sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi atau batu bara.
"Bila kita konversikan, setiap 100 MW kapasitas terpasang panas bumi setara dengan menggunakan 4.350 barel setara minyak per harinya. Atau, setara dengan memanfaatkan 864 ton per hari batu bara," papar Abadi.
Abadi menegaskan bahwa setiap sumber panas bumi mampu bertahan selama 30 tahun.
Masa Depan Pelanet Bumi
Postingan saya Ke 100 ini gak ada hubungannya dengan photoshop. Tapi gak ada salahnya saya posting disini, karena menyangkut masa depan kita di planet Bumi kita tercinta ini. Mungkin ada benarnya juga artikel ini, dan harus dibaca. Moga-moga bermanfaat. Saya posting artikel ini bukan untuk menakut-nakuti.. tapi sebagai bahan renungan aja buat kita.
Saya baca dari forum kaskus “the largest indonesian community” :
Apabila pemanasan global terus berlanjut pada suhu tertentu maka kita akan menghadapi kepunahan. Jadi apa yang sebenarnya akan terjadi apabila bumi terus memanas?
Jurnalis dan penyiar acara lingkungan hidup asal Inggris, Mark Lynas, melakukan perjalanan selama 3 tahun yang mengelilingi 5 benua untuk menyaksikan berbagai perubahan karena dampak pemanasan global. Dari mencairnya tundra di Alaska, tenggelamnya pulau di Pasifik dari negara bagian dari Tuvalu, dan bertambahnya dataran tandus di pedalaman Mongolia sampai pada lenyapnya lapisan es di Peru dan banjir, serta badai yang menyebabkan erosi di China. Tuan Lynas secara pribadi mengumpulkan semua bukti yang dikumpulkan dalam bukunya mengenai perubahan iklim, High Tide: The Truth About Our Climate Crisis (Gelombang Besar: Kenyataan Mengenai Krisis Perubahan Iklim Kita).
Setelah itu, dalam waktu singkat Tuan Lynas mempelajari lebih mendalam tentang berbagai bukti ilmiah serta rasional mengenai efek pemakaian bahan bakar fosil terhadap iklim, lingkungan, dan kehidupan di planet ini. Beliau menghabiskan waktunya beberapa bulan di perpustakaan ilmiah Radcliffe di Universitas Oxford untuk membaca ribuan buku literatur ilmiah yang telah dianalisa secara mendalam sebelum mempublikasikan buku kejutannya yang kedua, Six Degrees: Our Future on a Hotter Planet (Enam Derajat: Masa Depan Kita di Planet yang Semakin Panas); sebagai media lain untuk membangkitkan kesadaran.
Buku terbarunya secara sistematik membahas perubahan iklim berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian secara ilmiah dengan penggunaan aplikasi komputer tahap lanjut dan juga pencarian secara palaeoclimatic untuk menelusuri sejarah bumi yang memberikan gambaran akan pemanasan iklim di masa mendatang dan akibat yang akan dihadapi. Selain itu ia juga meneliti periode-periode dari perubahan iklim dramatik sebelumnya melalui proses alami dan meramalkan akan efek menakutkan dari pemanasan global yang akan dihadapi semua kehidupan dan lingkungan di planet ini.
Derajat demi derajat, satu derajat per bab. Enam Derajat disusun berdasarkan “Laporan Perkiraan Ketiga” dari Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2001 (http:/www.ipcc.ch). Pada setiap halaman, efek dari peningkatan temperatur di bumi dan lapisan biosfernya digambarkan dalam realitas yang menguatirkan.
Kenaikan suhu 1ºC sampai 3ºC merupakan “titik puncak”, tetapi jika naik sampai pada 6 ºC maka peningkatan ini dapat menyebabkan kepunahan pada hampir semua kehidupan, termasuk manusia! Sulit dibayangkan jika perilaku dari manusia sendiri yang menyebabkan kerusakan dan penderitaan yang tidak diharapkan. Kita telah membahayakan planet ini dan berada di ambang kehilangan momentum apabila kita tidak bertindak secepatnya untuk membatasi efek emisi gas rumah kaca.
Kenaikan Suhu 1 Derajat:
Pada kenaikan suhu 1 derajat, Kutub Utara akan kehilangan es setengah tahun penuh, Atlantik Selatan yang sebelumnya tidak ada badai akan mengalami serangan badai dan di barat AS terjadi kekeringan parah yang mengakibatkan banyak penduduk menderita.
Kenaikan Suhu 2 Derajat
Beruang kutub berjuang untuk hidup saat lapisan es mencair. Lapisan es di Greenland mulai menghilang, sedangkan batu karang menjadi lenyap. Permukaan air laut mengalami kenaikan 7 meter secara global.
Kenaikan Suhu 3 Derajat
Hutan hujan di Amazon mengering dan pola cuaca El Nino bertambah intensitasnya menjadi sesuatu yang biasa. Eropa secara berulang mengalami musim panas yang teramat panas yang sangat jarang terjadi sebelumnya. Jutaan dan milyaran orang akan berpindah dari sub tropik menuju daerah pertengahan garis lintang.
Kenaikan Suhu 4 Derajat
Air laut akan meninggi dan meluap membanjiri kota-kota di daerah pesisir. Menghilangnya lapisan es akan mengurangi banyak persediaan air tawar. Suatu bagian di Kutub Selatan akan tenggelam dan menyebabkan area air yang meluap semakin jauh. Temperatur musim panas di London akan menjadi 45ºC.
Kenaikan Suhu 5 Derajat
Daerah yang tidak bisa dihuni semakin menyebar, tumpukan es dan air tanah sebagai sumber air untuk kota-kota besar akan mengering dan jutaan pengungsi akan bertambah. Kebudayaan manusia akan mulai menghilang seiring dengan perubahan iklim yang dramatik ini. Dalam hal ini kelompok yang kurang mampu sepertinya akan menjadi paling menderita. Tidak ada lagi es yang tersisa pada kedua kutub seiring dengan punahnya bermacam species di lautan dan tsunami dalam skala besar memusnahkan kehidupan dekat pantai.
Kenaikan Suhu 6 Derajat
Pada kenaikan suhu 6 derajat, kepunahan massal sebesar 95% akan terjadi; makhluk yang masih hidup akan mengalami serangan badai dan banjir besar yang terus menerus; hidrogen sulfat dan kebakaran akibat gas metana akan menjadi hal yang biasa. Gas ini berpotensi menjadi bom atom dan tidak ada yang mampu bertahan hidup kecuali bakteri. Hal ini akan menjadi “skenario hari kiamat.”
Hal yang lebih menguatirkan adalah karena kompleksnya ekosistem di planet ini, kenyataan akan perubahan iklim ini dapat menjadi lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan yang dilakukan secara ilmiah! Prediksi akan efek dari perubahan iklim sangat menguatirkan. Saat menganalisa ulang seluruh data yang ia kumpulkan, Tuan Lynas berpikir, mungkin ia “harus merahasiakan semuanya” karena kebenarannya sangat “menakutkan.” Sebenarnya, beberapa dari perkiraan mulai menjadi kenyataan, sebagai contoh, gelombang panas saat musim panas di Eropa telah mulai mempengaruhi kesehatan manusia, khususnya para manula. Cuaca yang memanas juga menyebabkan malaria dan penyakit lainnya yang bertambah secara regional. Pemanasan global telah membuat lapisan es di China menyusut 7% setiap tahunnya, hal ini dapat berakibat kerusakan yang lebih besar dan memberi efek kepada 300 juta jiwa yang sangat menggantungkan kebutuhan air mereka dari situ. Di India, mencairnya es yang sangat cepat telah menyebabkan 70.000 orang harus pindah dari Pulau Lohachara yang tenggelam, dan kenaikan permukaan laut telah menyebabkan dipindahkannya 20.000 penduduk yang tinggal di dataran paling rendah di Kepulauan Duke of York pada tahun 2000. Pada keadaan yang rentan dari ekosistem serta sistem sosial yang saling terkait satu sama lainnya, planet yang semakin panas juga menyebabkan rantai reaksi yang memicu terjadinya kelangkaan makanan dan air seiring dengan bertambahnya pengungsi sebagai akibat perubahan iklim.
Akan tetapi, Tuan Lynas tidak berniat membuat pembaca pesimis akan masa depan planet ini. Sebaliknya dia menyampaikan peringatan dini secara jelas dan mendesak perhatian internasional akan diperlukannya usaha bersama untuk mengatasi pemanasan global seperti “mengambil tabung pemadam dan memadamkan api.” Tidak diragukan lagi bahwa “api’ tersebut timbul sebagai akibat yang berkaitan dengan perilaku manusia dan berdasarkan analisis data, berbagai jenis emisi yang menyebabkan kenaikan temperature; dan waktu yang tersisa kurang dari 1 dekade saat kenaikan mencapai puncak ‘enam derajat’! Sesuai indikasi yang tercantum di bagan, kita telah mendekati tingkat 2 derajat, dengan demikian pilihan kita satu-satunya adalah bertindak secepat mungkin serta mengurangi emisi karbon dan metana.
Bagan : Kenaikan Suhu dan Emisi Karbon*
PERUBAHAN SUHU
TEMPERATUR YANG BERUBAH DALAM CELSIUS
JUMLAH CO2
Satu Derajat
0,1- 1,0ºC
350ppm (Level saat ini 380ppm)
Dua Derajat
1,1- 2,0 ºC
400ppm
Tiga Derajat
2,1- 3,0 ºC
450ppm
Empat Derajat
3,1- 4,0 ºC
550ppm
Lima Derajat
4,1- 5,0 ºC
650ppm
Enam Derajat
5,1- 5,8 ºC
800ppm
*Tabel dari hal 279 di Enam Derajat: Masa Depan Kita di Planet yang Semakin Panas
Enam Derajat adalah sebuah tiupan terompet perang, panggilan kepada semua orang akan kondisi bumi kita yang berada pada situasi yang sangat kritis; ini adalah masa terpenting bagi para pemimpin dan tokoh politik untuk mengimplementasikan ketentuan ambang batas untuk mengurangi karbon dan gas dari efek rumah kaca lainnya, seperti metana. Tidak dapat di pungkiri bahwa ulah manusialah yang menyebabkan cepatnya kenaikan perubahan iklim. Kita harus mengubah gaya hidup kita ke arah yang lebih gembira dan lebih sehat seperti berlaih ke energi yang berkelanjutan dan gaya hidup vegetarian untuk menyelamatkan bumi kita. Kita hanya mempunyai sedikit waktu yang sangat terbatas untuk membuat titik balik. Pemanasan global adalah sebuah realitas dan membutuhkan perhatian semua umat manusia di planet ini. Untuk itu marilah kita segera bertindak untuk menyejukkan bumi kita.
Panas Bumi Jadi Energi Andalan Masa Depan
Menurutnya, selain memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia, panas bumi juga memiliki keunggulan yaitu energi yang ramah lingkungan, terbarukan dan biaya investasi lebih murah untuk mengembangkannya.
"Cadangan panasbumi Indonesia sebesar 14.707 Mega Watt electricity (MWe). Sementara sumber dayanya sebesar 13.405 MWe. Artinya, Indonesia memiliki panas bumi 28.112 MWe", papar R. Sukhyar.
Sukhyar menjelaskan, saat ini pemanfaatan panas bumi di Indonesia untuk energi listrik baru 1.189 MW atau hanya 4 persen dari potensi yang tersedia.
"Meski kebijakan bauran energi sudah lama dicanangkan, dimana lima persen, atau sebesar 9.500 MW, dari energi nasional akan dipenuhi dari panas bumi pada 2025, namun pemanfaatan listrik dari panas bumi belum optimal hingga saat ini," papar dia.
Menurut penjelasan Sukhyar potensi panas bumi Indonesia terdapat di 265 lokasi yang tersebar hampir merata di setiap pulau di nusantara.
"Dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang Panas Bumi Nomor 27 Tahun 2003, semestinya pengembangan panas bumi kita semakin semarak lagi," imbuh dia.
Undang-Undang tersebut, jelas dia, memberikan kewenangan, peran aktif dan peluang yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola sumber daya panas bumi.
Sementara itu Abadi Poernomo, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energi menjelaskan, energi listrik dari panas bumi mampu menghemat penggunaan sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi atau batu bara.
"Bila kita konversikan, setiap 100 MW kapasitas terpasang panas bumi setara dengan menggunakan 4.350 barel setara minyak per harinya. Atau, setara dengan memanfaatkan 864 ton per hari batu bara," papar Abadi.
Abadi menegaskan bahwa setiap sumber panas bumi mampu bertahan selama 30 tahun.(*)
COPYRIGHT © 2009
Investasi masa depan
sekitar 15,5 juta bekerja, sedangkan lebih dari 5 juta remaja menganggur. Ke-18 juta remaja yang dianggap "tidak aktif
secara ekonomi" umumnya masih bersekolah (11 juta), bekerja di rumah (5 juta) dan lainnya (2 juta).
Sekitar 700.000 orang putus sekolah tiap tahun, kebanyakan dari mereka perempuan. Tingkat buta huruf dalam kelompok
ini mencapai 17%.
Meskipun tingkat kesadaran terhadap HIV/AIDS diantara remaja umumnya tinggi, tingkat hubungan seks berisiko tinggi
dan penggunaan jarum suntik napza bergantian juga tinggi. Tingkat konsistensi penggunaan kondom rendah, rata-rata
dibawah 6%. Banyak dari orang dengan HIV/AIDS terinfeksi pada akhir umur belasan atau awal 20-an.
Sekolah menyediakan lingkungan yang paling efektif dan efisien untuk menjangkau 38 juta remaja dan keluarga mereka.
Kebijakan pendidikan nasional tentang HIV/AIDS memprioritaskan pendidikan ketrampilan-hidup sebagai upaya
memberdayakan remaja menghadapi tantangan sehari-hari, termasuk pencegahan perilaku berisiko tinggi (hubungan seks
pra-nikah dan penggunaan napza suntik). Modul-modul untuk Sekolah Dasar dan lanjutan, serta pusat pengajaran
pendidikan non-formal, telah bersama-sama dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan UNICEF.
US$ 25.000 cukup untuk mengadakan program pelatihan ketrampilan hidup untuk 10 orang guru dari 20 sekolah
menengah di Jakarta yang mampu mencapai 20.000 siswa sekolah menengah.
US$ 5.000 cukup untuk melatih 25 orang guru BP (bimbingan & penyuluhan) di sekolah sebagai sumber informasi
mengenai HIV/AIDS dan Narkoba di 25 sekolah menengah.
Sumbangan dalam bentuk perlengkapan audio-visual serta bantuan dalam disain dan cetakan poster/buletin akan sangat
bermanfaat.
Partisipasi aktif, kepemimpinan dan ketrampilan remaja dapat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan, seperti penayangan
Ungkapkan Pikiranmu (Speak Your Mind) yang disponsori oleh MTV Networks Asia, Levi Strauss and Co. dan UNICEF di 12
negara Asia. Remaja Asia yang berpartisipasi dalam prakarsa Speak Your Mind menyatakan pendapat mereka dan
mengembangkan sebuah Asian Youth Charter tentang impian dan tantangan yang mereka hadapi. Youth Charter tersebut
diperingati pada setiap Hari Remaja Asia (1 Agustus).
LSM seperti Yayasan Peduli Perempuan dan Anak, Yayasan Pelita Ilmu, Yayasan AIDS Indonesia dan Yayasan Cinta Anak
Bangsa mengadakan pelatihan kepemimpinan dan pendidikan kelompok sebaya. Kegiatan ini memberikan pengetahuan
tentang HIV/AIDS dan Narkoba. Para remaja yang berpartisipasi dalam kegiatan ini pun kemudian membimbing para
kelompok sebaya mereka.
US$ 4.000 cukup untuk mendanai pelatihan kepemimpinan selama tiga hari untuk 50 peserta.
Pelatihan tersebut mencakup pengembangan rencana-rencana kegiatan setempat.
US$ 5.000 cukup untuk mendanai pelatihan dan pendidikan sebaya selama lima hari untuk 50 peserta.
US$ 2.000 cukup untuk biaya penyelenggaraan forum remaja untuk 50 peserta.
US$ 5.000 cukup untuk mendanai 10 peserta dalam lokakarya di daerah.
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah) dan International Planned Parenthood Federation, dengan
dukungan UNFPA, saat ini menyelenggarakan program pencegahan HIV/AIDS yang mencakup pembangunan pusat-pusat
kegiatan remaja (youth centers), untuk tempat para remaja berkumpul, berinteraksi dan berpartisipasi dalam pendidikan
kelompok sebaya dan pelatihan ketrampilan. Pusat kesehatan remaja dapat pula didirikan di tempat-tempat tersebut bagi
remaja yang memerlukan perawatan medis seputar kesehatan seksual dan reproduksi mereka.
US$ 1.000 cukup untuk pemeliharaan 5 pusat kegiatan remaja selama satu tahun.
US$ 400 cukup untuk pemeliharaan pusat kesehatan remaja selama satu tahun.
Sumbangan tempat dan barang-barang untuk kegiatan, perlengkapan olah raga, obat-obatan, disain dan materi
pendidikan akan sangat membantu.
Catatan: Contoh-contoh ini hanya dimaksudkan sebagai ilustrasi. Daftar ini tidak memperlihatkan prioritasi atau persetujuan UNAIDS atas proyek atau organisasi tertentu.
Rabu, 04 November 2009
Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi
Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.
Zona Habitasi yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / layak huni dalam Tata Surya. Zona layak huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.
Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.
Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.